Jalanku telah memutar. Hatiku telah berkeliling dan menjelajah. Mencoba mengenal tiap – tiap individu yang ku temui, dengan berpikir tentang kemungkinan yang akan menghampiriku. Ketika aku mengambil jeda, aku tersadar akan sesuatu. Tersadar bahwa rinduku adalah untuknya. Pikiranku adalah tentangnya. Di benakku hanyalah dia. Ia yang tak kuketahui keberadaannya. Ia yang tak pernah mengatakan apapun tentang perasaannya. Namun ia telah sempat menceriakan hari – hariku sebelumnya.
Mungkin ia tak pernah ‘menyingkirkan’ ku meski aku memintanya pergi kala itu. Tak pula ia hilang seperti ditelan bumi. Ia ada, namun aku yang sering tidak peduli. Aku tidak membencinya, hanya saja aku tak ingin kelewat ‘batas’ waktu itu. Hmm.. tapi rasanya bukan karena itu. Aku memintanya meninggalkanku, memberi jarak pada kedekatan kami demi seorang wanita yang mengharapkannya. Wanita yang juga begitu dekat denganku. 😦
Aku tahu, saat itu aku jatuh. Hari – hariku mulai terasa kelabu. Tak ada lagi senyumnya, tak ada lagi canda tawanya dan tak ada lagi kunjungannya ke asrama. Aku mengerti sekali. Bahwa hidupku akan goyah dengan membiarkannya berlalu dariku. Pun langkahku menjadi tidak sempurna. Sebab tak ada lagi sahabat berbagi mimpi. Dan kenyataannya aku tak mampu membiarkan sahabatku merasa iri terhadapku hanya karena pria ini.
Satu hal yang pasti tidak ia tahu, bahwa titik dimana aku berada saat ini oleh sebab kehadirannya dulu. Begitu muda, begitu bersemangat dan begitu solih. Memberitahuku tentang mimpi – mimpinya hingga aku pun berani bermimpi, bercerita tentang cita – citanya dan aku pun berani menetapkan cita – citaku. Berkisah bahwa suatu saat nanti ia akan berdiri di hadapan orang banyak demi membagi ilmunya. Maka aku pun ingin melakukan hal yang sama.
Dan kini.. aku merindukannya.
Waktu 6 tahun tidaklah sebentar untuk menguji rasa ini. Enam tahun ini pun tidak mudah untuk melupakannya. Jika nanti aku bertemu kembali dengannya, aku hanya ingin bertanya, apakah ia terkadang memikirkanku, apakah ia terkadang merindukanku. Atau bahkan tidak mengingatku sama sekali. 😦
Sungguh, seandainya saat ini ia ada dihadapanku, aku hanya ingin bertanya apa saja yang ia lewati saat kami tidak saling bertukar kabar. Juga akan ku tanyakan apakah ia telah mendapatkan putri pemilik tahta dihatinya. Yah meski aku tahu ia tidak lagi in relationship.
Aku merindukannya untuk beberapa moment. Bahwa aku mengingatnya bukan karena segala pujian yang ia lontarkan. Hah, bahkan ia selalu mengejekku, mencela karyaku, membuatku merasa serba salah atas apa yang kukerjakan. Entah dari mana sebenarnya aku mulai teringat padanya akhir – akhir ini. Mencoba mencari fesbuknya yang ternyata pun tidak ada, sama sepertiku. Menemukan kembali foto bersama panitia saat kami menjadi partner. Mendapati biografi singkatnya di sebuah site video terbesar dunia.
Tiba – tiba rasa itu muncul kembali..
Malam ini, ketika aku mengingatnya, syair ini yang menenangkanku..
From This Moment
By Shania Twain
From this moment life has begun
From this moment you are the one
Right beside you is where I belong
From this moment on
From this moment I have been blessed
I live only for your happiness
And for your love I’d give my last breath
From this moment on
I give my hand to you with all my heart
Can’t wait to live my life with you, can’t wait to start
You and I will never be apart
My dreams came true because of you
From this moment as long as I live
I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldn’t give
From this moment on
You’re the reason I believe in love
And you’re the answer to my prayers from up above
All we need is just the two of us
My dreams came true because of you
From this moment as long as I live
I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldn’t give
From this moment
I will love you as long as I live
From this moment on